Para Pemain Tanpa Klub yang Bersinar di Piala Dunia

Sejumlah pemain tanpa klub pernah berlaga dan bahkan bersinar di ajang piala dunia meski tidak banyak. 

Menjadi pemain tanpa klub merupakan petaka bagi karir setiap pesepakbola. Mereka tidak lagi masuk radar media ataupun tidak lagi dikenali jika terjadi terlalu lama. Belum lagi jika membahas kondisi fisik dan mental untuk bertanding. Dikontrak oleh klub professional bukan akan menjadikan mereka memperoleh kompensasi atas skillnya namun juga menjadi wadah bagi para pemain untuk menjaga kondisi prima, kompetitif sekaligus mengembangkan skillnya. 

Di ajang global empat tahunan seperti piala dunia, idealnya para pemain yang berlaga telah melalui tahap seleksi ketat dan hanya yang terbaiklah yang menjadi anggota skuad timnas. Namun pada kenyataannya tidak selalu demikian. Tidak sedikit sebenarnya pemain yang tanpa klub, apalagi jika merujuk hingga era piala dunia edisi awal sebelum perang dunia dimana di banyak negara para pemain tidak sepenuhnya merupakan pemain pro. 

Di bawah ini adalah beberapa nama pemain tanpa klub yang bukan hanya tetap masuk skuad piala dunia, namun juga mampu tampil baik dan bersinar. Mereka harus menyandang status pemain tanpa klub karena berbagai hal. 

JAGO TEBAK SKOR? MAIN DI Fun88

  1. Hong Myung Bo – Korsel (Italia 1990)

Namanya mungkin tersohor di timnas Korsel. Hal itu bukan merupakan suatu kebetulan. Bakatnya sebagai bek tangah handal telah tercium sejak usia dini. Myung-Bo yang masih berusia 21 tahun dan berstatus mahasiswa di Universitas Korea pada tahun 1990 menjadi anggota skuad piala dunia saat itu. Bahkan pemain yang pernah menjadi nominator pemain terbaik turnamen di edisi 2002 ini tampil di tiga laga babak penyisihan. Tim Kesatria Taeguk memang tetap tak berdaya dihadapan Belgia, Spanyol dan Uruguay namun debutnya di ajang terakbar empat tahunan itu membuat menjadi pemain kunci Korsel di tiap edisi piala dunia sejak itu hingga 2002. Pasang taruhan anda untuk laga-laga timnas Korsel di World Cup 2022 hanya di link alternatif Fun88

  1. Simon Eliot – Selandia Baru (Afsel 2010)

Gelandang bertahan ini menjadi punggawa andalan All Whites saat berlaga di edisi 2010. Meski telah berusia 36 tahun saat itu dan tidak terikat dengan klub manapun usai dilepas salah satu klub MLS, San Jose Earthquakes di tahun 2009, Elliot tampil di tiga pertandingan fase grup dimana Selandia Baru sukses menjadi tim yang tak terkalahkan usai mampu menahan imbang Slovakia, juara bertahan Italia dan Paraguay. Pengalaman Eliot yang pernah memperkuat Fulham, LA Galaxy dan Columbus Crew itulah yang membuatnya menjadi pemain kunci di tim walaupun statusnya adalah pemain tanpa klub. 

  1. Tony Cascarino – Irlandia (AS 1994)

Penyerang ini menjadi bagian dari skuad Republik Irlandia di edisi 1994 meski saat itu ia tidak punya klub. Sebelum turnamen dimulai, Cascarino telah dilepas oleh Chelsea saat itu karena kontraknya tidak diperpanjang. Ia kemudian berpindah haluan dengan bergabung bersama Marseille yang saat itu terkena skandal pengaturan skor dan harus bermain di Ligue 2. Sayangnya, Cascarino sendiri hanya bermain 26 menit di AS 1994 saat negaranya bersua tim Oranye di babak perdelapan final. 

  1. Kuartet Punggawa Bertahan AS – (AS 1994)

Empat pemain yang menjadi andalan timnas AS saat menjadi tuan rumah di tahun 1994 yaitu bek Alexi Lalas, Marcelo Balboa, Tom Dooley dan sang kiper Tony Meola, semuanya adalah tanpa klub. Yang lebih mengherankan lagi mereka hanya sebagian. Masih ada delapan pemain lainnya dengan status yang sama! Hal ini bukan tanpa alasan mengingat saat itu MLS belum dimulai dan AS sendiri belum memiliki kompetisi professional elit nasional sejak kompetisi NASL yang pernah diramaikan oleh Pele dan Franz Beckenbauer tidak dilanjutkan di tahun 1984. Di era 1980an hingga awal 1990an merupakan masa kelam sepakbola AS dan bakat-bakat pemain di kampus rerata melanjutkan karir di luar AS atau berganti cabang olahraga. Dari empat punggawa tersebut, dua diantaranya sudah pernah bermain secara professional. Tom Dooley pernah merumput bersama Kaiserlautern dan FC Homburg di Bundesliga, sementara Tony Meola sempat dikontrak Brighton dan Watford sebelum pulang kampong. Sedangkan dua lainnya merupakan hasil seleksi USSF (PSSI-nya AS). Lalas merupakan anggota tim kampus Rutgers University sementara Balbao adalah anggota tim kampus San Diego University sebelum sempat bergabung dengan San Francisco Bay Blackhawks dan Colorado Foxes, anggota liga pro APSL bersama tim-tim asal Kanada sebelum dilebur kedalam MLS. Mereka berempat dikontrak USSF sejak awal musim 1993/94 demi persiapan piala dunia dan merely pun ikut andil membawa AS lolos ke 16 besar dengan tampil di empat laga selama turnamen. 

  1. Andre Ooijer – Belanda (Afsel 2010)

Bek tim Oranje ini masuk skuad saat gelaran piala dunia 2010. Statusnya menjadi pemain tanpa klub saat itu karena kontraknya habis bersama PSV sebelum turnamen dimulai. Ooijer yang sudah berusia 36 tahun saat itu bermain penuh hanya di satu laga, yaitu perempat final dimana Belanda tampil solid mengalahkan unggulan utama Brasil dengan skor 2-1. Usai putaran final, ia kemudian bergabung bersama Ajax sebelum pensiun. 

  1. Cha Du-ri – Korsel (Jepang-Korea 2002)

Ia adalah pemain serba bisa yang menjadi pemain berstatus tanpa klub terakhir sejauh ini yang masuk skuad final piala dunia. Saat itu Cha Du-ri masih menjadi mahasiswa, namun ia tampil cukup apik dalam empat laga, satu diantaranya sebagai pemain mula, meski tidak berkontribusi dengan gol maupun umpan gol. Salah satu fakta unik lainnya, striker yang tak jarang bermain sebagai bek kanan ini adalah anak dari pemain Korsel di era 1980an, Cha Bum-Keun, yang pernah memperkuat dua klub Bundesliga, Frankfurt dan Bayer Leverkusen. 

  1. Alberto Tarantini – Argentina (Argentina 1978)

Bek kiri tim Tango ini mungkin adalah pemain tanpa klub yang meraih prestasi paling tinggi dengan kontribusi yang optimal. Ia adalah pemain pilihan utama pelatih Cesar Menotti dan tampil di seluruh laga tim Tango sejak babak penyisihan hingga final. Tarantini juga mencetak satu gol saat Argentina membantai Peru 6-0 di laga terakhir fase grup kedua. Penyebab mantan bek Birmingham City dan River Plate itu berstatus tanpa klub karena adanya perselisihan masalah kontrak dengan klub sebelumnya Boca Juniors hanya beberapa bulan sebelum putaran final dimulai.