Kisah Unik Pelatih di Piala Dunia, Dilupakan Sebagai Pemain, Dipuja Sebagai Pelatih

Kisah unik di piala dunia selalu muncul, dengan fokus kali ini adalah para eks pemain yang terlupakan saat tampil di piala dunia, namun justru dikenang saat kembali menjadi pelatih timnya.

Sepanjang sejarah piala dunia, selalu ada fakta-fakta menarik yang muncul. Di putaran final, sudah tak terhitung banyaknya pemain yang berlaga dan pelatih yang membawa timnya lolos sejak piala dunia edisi pertama di tahun 1930. Namun hanya sedikit sekali sosok yang sukses sebagai pemain dan pelatih di ajang terakbar empat tahunan ini, seperti Franz Beckenbauer, Mario Zagalo atau arsitek tim Les Blues saat itu Didier Deschamps.

Bicara mengenai pelatih, umumnya pelatih yang sukses seringkali tidak pernah berlaga di putaran final piala dunia saat menjadi pemain. Nama-nama seperti Joachim Low, Luis Felipe Scolari, Marcelo Lippi atau Carlos Bilardo adalah beberapa contohnya. Mereka semua sukses merengkuh gelar piala dunia sebagai pelatih, namun namanya nyaris tak dikenal sebagai pemain. Di sisi lain, para bintang legendaris di lapangan hijau di ajang ini justru gagal sebagai pelatih. Beberapa diantaranya adalah Diego Maradona, Dunga, Jurgen Klinsmann dan  Fernando Hierro. 

Berikut ini adalah para figur yang punya kisah tidak biasa. Mereka pernah tampil di putaran final piala dunia sebagai pemain, namun performanya tidak istimewa. Namun, nasib mereka berubah drastis saat kembali ke kompetisi antar negara empat tahunan ini sebagai pelatih. Ya mereka menjadi sosok yang dipuja oleh publik di negaranya. Siapa saja mereka?

JAGO TEBAK SKOR? MAIN DI Fun88

7.Juan Hohberg (Uruguay)

Juan Hohberg merupakan salah satu pemain yang memperkuat Uruguay di piala dunia 1954. Namun, saat itu ia tidak tampil regular bersama La Celeste yang mampu melaju hingga semifinal. Ia baru turun di babak empat besar saat menantang tim unggulan Hungaria dan di perebutan tempat ketiga melawan Austria. Hohberg memang sukses mencetak gol di dua laga tersebut namun Uruguay harus tumbang dengan skor masing-masing 2-4 dan 1-3. 

Namun, nasib berbeda dialaminya saat memimpin negaranya di edisi 1970. Ia mampu membawa Luis Cubilla dkk mengulang keberhasilannya menjadi semifinalis. Tim besutan Hohberg baru dihentikan oleh Brasil-nya Pele sebelum ditaklukkan Jerman 0-1 di playoff tempat ketiga. Itu adalah prestasi terbaik Uruguay sejak 1954 dan yang terakhir sebelum Diego Forlan cs mengulangnya di edisi 2010. Pasang taruhan anda untuk laga-laga La Celeste di Piala Dunia Qatar 2022 hanya di link alternatif Fun88

  1. Vladislao Cap (Argentina)

Cap adalah sosok yang tidak begitu dikenal sebagai pemain meski menjadi bagian dari skuad Argentina saat menjadi kampiun Copa America 1959. Di piala dunia 1962, ia hanya tampil di dua laga versus Inggris dan Hungaria dimana tim Tango takluk 1-3 sebelum bermain imbang tanpa gol yang membuat mereka tersingkir di babak penyisihan. 

Ketika kembali ke timnas di edisi 1974, atau penampilan pertama setelah absen di 1970, Cap sukses membawa Albiceleste melaju hingga fase grup putaran kedua usai menyingkirkkan Italia. Sayangnya, Rene Housemann dkk tak berdaya usai digilas Belanda 0-4 dan dibekuk Brasil 1-2 sebelum menahan imbang Jerman Timur 1-1. Meski begitu, pencapaiannya masih lebih baik ketimbang saat menjadi pemain. 

  1. Stephen Keshi (Nigeria)

Stephen Keshi menjadi anggota skuad Nigeria saat menjalani debutnya di AS 1994. Sayangnya, ia hanya tampil sekali di laga terakhir versus Yunani di laga pamungkas meski menjadi kapten saat menjadi jawara Piala Afrika di awal tahun. 

Dua puluh tahun kemudian, Keshi kembali sebagai pelatih tim Elang Super. Ia pun sukses membawa negaranya mengulang sukses di 1994 dengan lolos dari fase grup setelah sempat menyulitkan Argentina. Langkah Joseph Yobo cs dihentikan Prancis dengan skor 2-0 di perdelapanfinal. Di ajang lainnya, Keshi juga sempat memberikan gelar juara Afrika di tahun 2013.

  1. Stanislav Cherchesov (Rusia)

Banyak yang tidak begitu mengenal nama Cherchesov saat menjadi pemain. Ia hanya menjadi pelapis kiper Dmitri Kharine di AS 1994 dan baru tampil di laga terakhir saat Rusia menghancurkan Kamerun 6-1 namun gagal melaju ke babak berikutnya. Setelah itu, mantan kiper Spartak Moscow ini nyaris tidak terdengar kiprahnya.

Namun, Cherchesov mampu mengukir prestasi yang lumayan sebagai pelatih timnas Rusia. Sbornaya dibawanya melaju hingga perempatfinal usai menyingkirkan Spanyol di 16 besar. Sayangnya, Artem Dzyuba dan kolega disingkirkan Kroasia via adu penalti. Itulah pencapaian tertinggi Rusia di piala dunia sejak era Uni Soviet berakhir. Di level klub, Chercheshov lumayan sukses dengan dua gelar ganda saat menangani Legia Warsawa (2016) dan Ferencvaros (2022). 

  1. Gareth Southgate (Inggris)

Southgate paling dikenal sebagai bek yang gagal mengeksekusi penalti di semifinal EURO 1996 yang membuatnya dicecar habis oleh media. Tak heran jika ia hanya tampil dua kali di piala dunia 1998, satu diantaranya hanyalah sebagai pemain pengganti, yaitu saat disingkirkan Albiceleste di perdelapanfinal.

Namun, siapa sangka ia lah yang mampu membawa Inggris menjadi semifinalis di edisi 2018. Ia juga sukses menghentikan mimpi buruk The Three Lions terhadap adu penalti dimana Harry Kane cs mampu mengalahkan Kolombia dalam adu tos-tosan di 16 besar. Mereka juga sukses melaju sebagai finalis di Piala Eropa 2021. Publik Inggris layak berterima kasih pada Southgate. 

  1. Provslav Mihajlovic (Yugoslavia)

Namanya terdengar asing saat sebagai pemain karena memang Mihajlovic tidak begitu dikenal. Ia pun hanya tampil sekali di edisi 1950 saat membantai Meksiko 4-1. 

Namun, sebagai arsitek tim, namanya dieluk-elukkan publik Yugoslavia karena ia mampu memimpin tim asal Balkan tersebut meraih prestasi tertingginya di piala dunia, yaitu sebagai semifinalis edisi 1962. Saat itu, tim besutannya mampu menyingkirkan Jerman Barat di perempatfinal sebelum tumbang ditangan Cekoslovakia di empat besar dan tuan rumah Chili di perebutan tempat ketiga. 

  1. Fernando Riera (Chili)

Riera bukanlah sosok pemain yang tenar meski sempat merumput di Prancis bersama Reims dan Rouen. Ia hanya tampil sekali di piala dunia 1950 saat Chili menggasak AS 5-2. Hasil tersebut tidak mampu membawa negaranya lolos ke babak final. 

Namun, jangan ditanya reputasinya sebagai pelatih. Ia adalah sosok yang sukses mengantarkan La Roja meraih prestasi tertinggi, menjadi semifinalis di edisi 1962. Meski diwarnai dengan permainan kasar, Lionel Sanchez dkk sukses mengalahkan Italia 2-0 di babak penyisihan dan menghentikan Uni Soviet 2-1 di perdelapanfinal, plus menundukkan Yugoslavia 1-0 di final tempat ketiga setelah sempat takluk dari Brasil 2-4 di semifinal. Ia juga pernah menangani Benfica, Marseille dan Everton.