Piala AFF dan Timnas Garuda, Turnamen Kelas Tiga Tantangan Tingkat Dewa

Piala AFF merupakan turnamen yang begitu sulit ditaklukkan bagi timnas Garuda meski sejatinya turnamen tersebut bukanlah kompetisi level atas. 

Timnas Indonesia akan kembali berlaga di Piala AFF. Sebuah turnamen bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang bukan merupakan wilayah tim-tim besar zona AFC. Selain itu, kompetisi ini kerap identik dengan berbagai insiden kontroversial mulai dari isu pengaturan skor, kerusuhan suporter, perselisihan antar pemain dan tim hingga keluar lapangan dan ‘sepakbola gajah’. Tidak berlebihan jika Piala AFF tidak lebih dari turnamen kelas tiga dalam sepakbola internasional. 

Meski begitu, timnas Garuda belum pernah bisa menjuarainya sejak pertama kali diadakan pada tahun 1996. Mereka hanya mampu menjadi finalis sebanyak enam kali!! Tak pelak tantangan tingkat dewa untuk turnamen sekelas Piala AFF tentunya agak absurd. Sebagai tim yang pernah nyaris lolos ke piala dunia 1986 dan 1958, plus pernah tampil di putaran final piala dunia 1938, kejuaraan regional tersebut seharusnya dapat mereka menangkan sejak dulu. Berikut ini adalah ulasan performa timnas Garuda di Piala AFF dari masa ke masa. 

JAGO TEBAK SKOR? MAIN DI W88

Pencapaian Terbaik Timnas Garuda di Piala AFF

Performa timnas Garuda di ajang ini bisa dibilang mengalami pasang surut. Prestasi terbaik Indonesia adalah menjadi runner-up sebanyak enam kali, yaitu di edisi 2000, 2002, 2004, 2010, 2016 dan 2020. Dari enam partai final tersebut, empat diantaranya, Indonesia harus menyerah dari ketangguhan tim Gajah Perang. Pasang taruhan untuk laga-laga timnas Garuda di Piala AFF 2022 di link W88

Timnas pertama kali lolos ke final di edisi 2000, atau hanya berselang dua tahun dari insiden ‘sepakbola gajah’ yang mencoreng nama Indonesia di kancah sepakbola dunia. Saat itu, tim besutan Nandar Iskandar hanya lolos dari fase grup sebagai runner-up dengan mengantongi dua kemenangan dan satu kekalahan atas Thailand. Aji Santoso cs pun harus bersua Vietnam di semifinal, tim yang pernah berusaha mereka hindari di edisi 1998. Tak diduga, mereka sukses menundukkan negeri Paman Ho itu dengan skor 3-2 lewat gol emas Gendut Doni. Sayangnya, di partai puncak, mereka seakan tak berdaya dihadapn Kiatisuk Senamuang dkk. Indonesia pun dibantai Thailand 1-4, mengulang kekalahan memilukan di babak penyisihan. 

Dua tahun kemudian, penampilan timnas Garuda sedikit lebih baik. Anak asuhan Ivan Kolev tampil tak terkalahkan di fase grup meski hanya lolos sebagai runner-up. Bambang Pamungkas dkk sukses mengalahkan Malaysia di semifinal dengan skor tipis 1-0 untuk kembali bersua tim Gajah Perang. Kali ini, mereka mampu menahan imbang 2-2 hingga laga harus diselesaikan lewat drama adu penalti. Indonesia kembali kali ini takluk dalam adu tos-tosan. 

Di edisi 2004, timnas Garuda kembali tampil di final. Di bawah asuhan eks pelatih Thailand dan punggawa Aston Villa saat menjuarai Liga Champions 1982, Peter With, Kurniawan DY dan kolega lolos dari fase grup dengan menyakinkan dengan rekor tak terkalahkan dan tak kebobolan. Ujian sebenarnya baru hadir di semifinal yang mulai menggunakan format kandang-tandang. Sempat dipermalukan oleh Negeri Jiran 1-2 di GBK, Indonesia tampil spartan saat membantai Malaysia 4-1 di Bukit Jalil. Euforia kemenangan ini justru membuat tim menjadi terlalu percaya diri. Pada akhirnya di final, timnas Garuda dibuat tak berdaya setelah tumbang dengan skor agregat 2-5 dari Singapura. 

Timnas baru kembali tampil di partai puncak di edisi 2010 saat ditangani oleh Alfred Riedl. Diperkuat oleh idola baru, Irfan Bachdim yang berdarah Belanda, mereka tampil perkasa di babak penyisihan dan lolos sebagai juara grup meski satu grup dengan Thailand dan Malaysia. Di semifinal, Indonesia menang agregat 2-0 atas Filipina yang banyak diperkuat oleh pemain naturalisasi. Namun, apa daya, euphoria berlebihan plus mentalitas di laga krusial menjadi PR bagi timnas Garuda yang belum pernah selesai. Menghadapi Malaysia yang dibantai 5-1 di babak penyisihan, mereka loyo dan takluk 0-3 di Kuala Lumpur dan hanya bisa membalas dengan skor 2-1 di GBK.

Di edisi 2016, Alfred Riedl kembali membawa Indonesia ke final. Diperkuat oleh bintang-bintang muda saat itu seperti Evan Dimas dan Andik Vermansyah, timnas Garuda justru tampil mengecewakan di fase grup dengan hanya mengumpulkan empat poin plus selisih gol minus 1 saat lolos. Namun, di semifinal, mereka tampil membaik dengan menyisihkan Vietnam dengan agregat 4-3. Di final, Indonesia sempat menang 2-1 di leg pertama atas Thailand. Namun, lagi-lagi penyakit gampang jumawa ini kembali menjangkiti timnas dan akhirnya dibekuk oleh anak asuhan Kiatisuk Senamuang dengan skor 0-2. 

Di Piala AFF 2020 lalu, Shin Tae Yong membawa sejumlah pemain muda dalam skuadnya dan sukses membawa timnas Garuda kembali ke final. Tampil apik di babak penyisihan dan lolos sebagai juara grup, Evan Dimas cs tampil gemilang saat mengalahkan Singapura dengan skor agregat 5-3 di semifinal. Sayangnya, di partai puncak, Thailand lagi-lagi menggasak timnas dengan skor agregat 6-2.

Penampilan Terburuk di Piala AFF

Penampilan paling memalukan timnas garuda selama berlaga di ajang ini terjadi edi edisi 2007, 2012, 2014, dan 2018. Di empat edisi tersebut, timnas Garuda bahkan gagal untuk sekedar lolos dari fase grup. Yang menarik, dalam dua dari empat edisi tersebut, Indonesia ditangani pelatih yang sempat membawa timnas ke final, yaitu Peter Withe (2007) dan Alfred Riedl (2014). Sementara di dua edisi lainnya, timnas ditangani oleh pelatih lokal Nil Maizar (2012) dan eks kapten timnas Primavera, Bima Sakti (2018). 

Peluang Indonesia di Piala AFF 2022

Untuk Piala AFF 2022, peluang Egy Maulana Vikri dkk untuk menjadi kampiun pertama kalinya sekaligus mematahkan kutukan tetap terbuka. Apalagi mereka praktis berangkat dengan skuad yang sama dengan dua tahun lalu minus Elkan Biggot. Satu hal penting yang perlu dibenahi adalah faktor nonteknis, mulai dari kedisiplinan di luar lapangan, terutama perihal nutrisi, mentalitas di laga penting dan mengontrol euforia yang sering digemborkan oleh media. Jadwal Piala AFF 2022 yang berdekatan antara laga, yaitu hanya tiga hari saja, tentu menjadi tantangan tersendiri yang tidak bisa diremehkan.