Piala Dunia U20 juga banyak menghasilkan para arsitek tim ternama yang kemudian juga tetap bersinar di level senior.
Piala Dunia U20 memang kerap dianggap sebagai ajang bagi para pemain muda dari tim-tim terbaik dunia untuk menunjukkan kebolehannya. Namun, perlu diketahui bahwa ajang tersebut bukan hanya melulu tentang para pemain. Sejumlah pelatih juga layak mendapat pengakuan jika tim yang diasuhnya sukses dalam turnamen.
Para arsitek tim tersebut layak mendapatkan sorotan dengan porsi yang sama dengan para pemainnya. Bagaimanapun arsitek tim adalah sosok yang memimpin para pemain muda tersebut dengan pilihan taktik yang jitu sekaligus mampu mengoptimalkan potensi pemain di dalam skuadnya.
Sepanjang sejarah penyelenggaraan Piala Dunia U20, ternyata tidak sedikit para pelatih yang kemudian mampu berbicara banyak di level senior. Beberapa diantaranya bahkan mampu berprestasi dengan raihan gelar di level U20 maupun level senior. Berikut ini adalah 7 arsitek tim terbaik lulusan Piala Dunia junior yang kemudian tetap bersinar di level senior, baik bersama klub maupun timnas.
JAGO TEBAK SKOR? MARI MAIN DI m88
0
-
Julen Lopetegui
Pelatih asal Spanyol ini merupakan salah satu yang mampu sukses bersama di tim U20 hingga senior. Lopetegui menangani Saul Niguez dkk di Piala Dunia U20 2013. Sayangnya, mereka harus terhenti di babak perempat final. Karirnya di level senior pun tidak redup, arsitek tim yang menangani Wolverhampton ini pernah ditunjuk memimpin tim Matador pada rentang waktu 2016-2018. Namun, ia secara mengejutkan dipecat sebelum putaran final Piala Dunia 2018 dimulai karena telah diam-diam menyepakati kontrak dengan Real Madrid sebelum kontraknya usai. Sialnya, karirnya di Bernabeu pun berumur sangat pendek.
Beruntung, Lopetegui ditampung oleh Sevilla. Di bawah asuhannya, tim kuda hitam La Liga tersebut konsisten berada di papan atas dan sukses merengkuh gelar juara Liga Europa ke enam di musim 2019/20. Pasang taruhan anda untuk laga-laga menarik di Liga Europa hanya login di m88 indonesia.
6.Phillip Troussier
Nama Phillipe Troussier tentu tidak asing di telinga sepakbola Asia Tenggara belakangan ini. Ia adalah pelatih timnas Vietnam saat ini, yang sudah bertugas sejak SEA Games lalu. Troussier dahulu pernah dikenal dengan julukan ‘Sang Dukun Putih’ karena identik dengan keberhasilannya memoles tim-tim Afrika yang ditanganinya menjadi berprestasi, terutama di ajang Piala Afrika.
Yang menarik, ia justru mengawali suksesnya di tim senior dengan memimpin Afsel lolos pertama kalinya di Piala Dunia 1998. Usai turnamen, arsitek tim berkebangsaan Prancis ini direkrut Jepang untuk persiapan menuju Piala Dunia 2002, plus tim U20 di Piala Dunia junior 1999. Secara mengejutkan, ia mampu membawa tim Samurai Biru U20 lolos ke final setelah menyingkirkan sejumlah tim mapan seperti Meksiko dan Uruguay yang diperkuat oleh Diego Forlan. Sayangnya, Shinji Ono cs dibantai Spanyol 0-4 yang dikomandani oleh Xavi Hernandez. Di Piala Dunia 2002 sendiri, Jepang hanya bisa melaju hingga babak 16 besar.
Di level klub, Troussier justru kurang begitu mengkilap pencapaiannya. Ia memang pernah menangani Marseille, FC Ryukyu Jepang dan Shenzhen Ruby di Tiongkok. Namun tidak ada satupun yang berakhir dengan gelar di akhir musim.
-
Louis Van Gaal
Sosok yang satu ini jangan ditanya lagi pengalamannya. LVG identik menangani klub-klub besar mulai dari Ajax, Barcelona, Bayern Munich dan Manchester United dimana ia sukses memberikan gelar di tiap-tiap klubnya. Yang paling diingat tentu saja saat membawa tim muda Ajax meraih gelar Piala Champions (nama lama UCL) di tahun 1995, dua gelar La Liga bersama Barcelona, Bundesliga dan finalis UCL 2010 bersama Bayern.
LVG juga pernah menangani tim Oranje tiga kali, di 2000-2001, dimana ia gagal membawa Belanda lolos ke putaran final Piala Dunia 2002, dan di Piala Dunia 2014 dan 2022, saat LVG muncul dengan formasi 3-5-2. Di Brasil 2014, Robin Van Persie dkk mampu meraih peringkat ketiga, sedangkan di Qatar 2022, timnya sudah harus tersingkir di perempatfinal.
Di level U20, Van Gaal pernah memimpin Arjen Robben muda di edisi 2001. Nampaknya, Argentina kerap membawa sial bagi timnya, dimana anak asuhannya disingkirkan oleh Mesir di perempatfinal.
-
Carlos Queiroz
Nama Carlos Quieroz sangat dikenal bukan hanya di Portugal namun juga di Iran. Ia lah pelatih terlama yang pernah menangani tim Melli dan memimpin mereka di tiga edisi Piala Dunia, 2014, 2018 dan 2022, meski Iran gagal lolos dari fase grup.
Sementara di tanah kelahirannya, Queiroz lah yang memberikan gelar internasional perdana bagi negaranya dengan meraih gelar juara Piala Dunia U20 di edisi 1989 dan 1991. Sayangnya, ia justru gagal di Piala Dunia senior 2010 dimana Cristiano Ronaldo dan kolega tidak mampu melewati hadangan Spanyol di perdelapanfinal. Kini ia ditunjuk menangani timnas Qatar.
-
Jose Pekerman
Dari kawasan CONMEBOL, ada nama Jose Pekerman. Dia lah sejatinya sosok yang melahirkan generasi emas Argentina saat ini dimulai dari suksesnya membawa tim Tango muda menjuarai edisi 1995, 1997 dan 2001. Sukses Albiceleste di 2005 dan 2007 pun tak lepas dari perannya dimana sang asisten, Hugo Toccalli lah yang meneruskan tongkat estafet keberhasilannya.
Pekerman sendiri juga pernah menangani Messi dan Lionel Scaloni di Piala Dunia senior 2006, serta membawa James Rodriguez plus Kolombia bersinar di edisi 2014 dan 2018. Kini pelatih berpostur tinggi kurus tersebut menjadi nahkoda timnas Venezuela.
-
Raymond Domenech
Dari tanah Prancis, timnas U20 tak bisa lepas dari sosok nyentrik yang satu ini, Raymond Domenech. Ia pernah memimpin tim Ayam Jantan muda di Piala Dunia U20 2001 dan Olimpiade Atlanta 1996. Sayangnya, mereka tersingkir di perempatfinal di kedua ajang tersebut.
Namun di level senior, Domenech menorehkan kesuksesan tersendiri dengan membawa Les Blues lolos ke final Piala Dunia 2006 namun gagal total di Afsel 2010 yang diwarnai dengan aksi boikot sejumlah pemain senior dalam skuadnya. Di level klub, mantan pemain Strasbourg, PSG dan Bordeuax ini hanya pernah menangani Lyon dan Nantes tanpa gelar di tangan.
-
Cesar Menotti
Arsitek tim Tango ini bisa dibilang pelatih yang sukses memberikan gelar juara bagi tim senior dan U20. Menotti adalah bos tim saat Daniel Passarella dkk menjadi kampiun di edisi 1978 saat menjadi tuan rumah. Sedangkan di level U20, ia menangani Maradona dan Ramon Diaz menjadi bintang sekaligus meraih gelar di Piala Dunia edisi 1979.
Di level klub, Menotti paling dikenal saat membawa Huracan berjaya di kompetisi domestik 1973 dan saat melatih Barcelona satu dekade kemudian dimana Diego Maradona masih memperkuat raksasa Catalan tersebut. Sayangnya, hanya gelar Piala Spanyol yang dmenangkan pelatih yang dijuluki El Flaco tersebut.