Meski Gagal Lolos, Nasib Pelatih Italia dan Mesir Berbeda

Italia dan Mesir sama-sama gagal lolos ke piala dunia 2022 secara dramatis. Namun masa depan para arsitek tim masing-masingternyata tak sama. Bahkan bisa dibilang agak berlawanan.

Tim Azzurri menjalani fase buruk di sejarah kiprah mereka di ajang sepakbola terpopuler sejagat ini. Untuk pertama kalinya pemegang rekor juara dunia terbanyak asal Eropa ini gagal lolos ke putaran final di dua edisi berturut-turut. Leonardo Bonucci cs dipermalukan oleh tim kuda hitam gurem Makedonia Utara 0-1 saat berlaga di kandang sendiri di babak semifinal playoff piala dunia Qatar 2022. Sementara di edisi sebelumnya, juara Eropa 2020 ini juga takluk dari Swedia di babak playoff. Rekor tak terkalahkan anak asuhan Roberto Mancini ini langsung tidak berarti usai kekalahan ini. Memori indah di Wembley di bulan Juli tahun lalu secara cepat berubah menjadi memori kelam dalam sejarah sepakbola Gli Azzurri.

Sedangkan tim Firaun Mesir dibungkam oleh Senegal 0-1 di laga kedua babak final playoff zona Afrika. Hasil tersebut memaksa laga yang kembali mempertemukan dua finalis piala afrika tahun ini harus mengandalkan adu penalti. Lagi-lagi Mo Salah dan kolega. Penyerang sayap Liverpool in bahkan ikut gagal mengeksekusi tendangan penalti. Alhasil, mereka pun takluk 1-3 lewat babak tos-tosan dan harus mengubur impiannya lolos ke piala dunia ketiga kalinya setelah Italia 1990 dan Russia 2018 yang lalu.

Umumnya, para arsitek tim yang gagal lolos ke putaran final tersebut bakal dipecat. Namun keduanya memiliki nasib yang sedikit berbeda.

JAGO TEBAK SKOR? MAIN DI W88

Roberto Mancini Diminta Bertahan

Pelatih Gli Azzurri, Roberto Mancini ternyata cukup beruntung bukan hanya tidak dipecat oleh FIGC (PSSI-nya Italia). Mantan pelatih Fiorentina, Lazio, Inter, Manchester City, Galatasaray dan Zenit St.Petersburg itu justru mendapat dukungan untuk bertahan meski gagal lolos ke piala dunia. Kemungkinan salah satu pertimbangannya adalah keberhasilannya membawa Italia menjuarai Piala Eropa 2020 yang lalu.

Gayung pun bersambut setelah Mancini sendiri juga berminat untuk meneruskan proyeknya di timnas, yaitu mengorbitkan para pemain muda lokal yang cukup terbatas usai kegagalan ini. Perihal keterbatasan talenta muda yang ini, arsitek tim berusia 57 tahun ini bahkan menyalahkan para klub Seria A yang terlalu banyak menggunakan pemain asing sehingga talenta lokal terbatas mendapat kesempatan berkembang. FIGC pun setuju dengan pendapat Mancini.

Kini target Gli Azzurri adalah mempertahankan gelar di Piala Eropa 2024 di Jerman. Kontrak Mancini sendiri baru berakhir di musim panas 2026 yang berarti kesempatan terakhirnya untuk memimpin Italia berlaga di piala dunia AS-Meksiko-Kanada di tahun tersebut.  Pasang taruhan anda untuk pertandigan timnas Italia di link alternatif W88.

Carlos Quieroz Dipaksa Mundur

Sementara itu, arsitek asal Portugal, Carlos Quieroz dipaksa mundur oleh federasi sepakbola Mesir karena kegagalannya membawa Mo Salah dan kolega tampil di Qatar 2022 nanti. Fakta tersebut tak bisa dielakkan karena memang ada klausul di kontraknya bersama tim Firaun yang menyebutkan bahwa dirinya harus mengundurkan diri jika gagal lolos.

Mantan pelatih timnas Afrika Selatan, Portugal, Iran dan Kolombia ini baru saja menangani Mesir enam bulan lalu. Prestasi terbaiknya bersama tim Afrika Utara tersebut adalah menjadi runner-up Piala Afrika 2022. Meski begitu, taktik tim asuhannya banyak dicibir fans karena terlalu mengandalkan permainan bertahan dan pragmatis sehingga talenta lini serang mereka tidak begitu menonjol meski memiliki penyerang sekelas Mo Salah. Para sosok yang tampak dominan di timnya adalah dua kipernya Mohammed El-Shanawy yang tampil apik menghalau sejumlah serangan berbahaya Senegal di leg pertama dan kedua serta kiper cadangan Abou Gabal Gabinski yang menjadi bintang di Piala Afrika yang lalu saat menjadi pemain terbaik di semi final dan perempat final, termasuk pada adu penalti.