Menuju Qatar 2022: Kamerun Naturalisasi Dua Pemain Baru

Timnas Kamerun telah diberi lampu hijau oleh FIFA untuk menaturalisasi dua pemain baru kelahiran Prancis untuk piala dunia Qatar 2022. Dua pemain tersebut adalah Georges-Kevin Nkoudou dan Oliver Ntcham. 

Kedua pemain tersebut memiliki darah Kamerun dari keluarganya dan pernah membela timnas Prancis U-21. Nkoudou membela tim Les Blues junior sepanjang tahun 2015 hingga 2016 sedangkan Ntcham dipanggil selama dua tahun oleh tim Ayam Jantan muda pada rentang tahun 2017-2019. Ia bahkan sempat berlaga di kejuaraan Eropa U-21 2019 di Italia bersama penyerang Lyon Moussa Dembele, gelandang Marseille Matteo Guendozi dan bek Liverpool saat ini Ibrahim Konate. 

Sejatinya, keduanya telah diajukan oleh Kamerun awal tahun ini. Ntcham misalnya sudah dipanggil tim Singa Afrika saat melakoni babak playoff piala dunia 2022 zona Afrika yang lalu. Namun persyaratannya baru disetujui oleh FIFA minggu lalu, sedangkan untuk Nkoudou, proses naturalisasinya masih berjalan meski minggu lalu namanya telah dimasukkan dalam skuad pelatih Rigobert Song untuk ikut berlaga di babak kualifikasi piala Afrika 2023 di bulan Juni. PSSI-nya Kamerun yang diketuai oleh mantan penyerang Barcelona, Inter Milan dan Chelsea, Samuel Eto’o, tampaknya getol mencari pemain-pemain di Eropa yang memiliki darah Kamerun untuk dinaturalisasi demi tampil baik di putaran final piala dunia nanti. Mereka berada di grup sulit bersama Brasil, Serbia dan Swiss di Qatar nanti. Menurut jadwal piala dunia 2022, Karl Toko-Ekambi dan kolega akan menantang Swiss di laga pertama. 

JAGO TEBAK SKOR? MAIN DI W88

Karir dan Performa Nkondou dan Ntcham 

Karir Georges-Kevin Nkoudou sejauh ini bisa dibilang tidak begitu menonjol. Ia mengawali karir senior di Nantes pada musim 2013. Dua musim kemudian, ia hijrah ke Marseille dan tampil lumayan. Penyerang sayap kiri ini tampil dalam 28 laga di liga Prancis dan mencetak lima gol bersama OM. Performanya ternyata memikat Tottenham yang merekrutnya di tahun 2016. Sayangnya, selama dua tahun di London, pemain kelahiran Versailles ini hanya menjadi ban serep di skuad Mauricio Pocchettino. Nkoudou pun dipinjamkan ke Burnley dan Monaco hingga tahun 2019 namun nasibnya pun tak berubah, hanya menjadi penghangat bangku cadangan. Ia pun akhirnya memilih hengkang ke Besiktas. Bersama raksasa Liga Turki inilah, penampilannya mengkilap. Ia menjadi pemain inti dalam dua musim awal. Bahkan musim lalu, ia ikut berjasa memberikan gelar juara liga dan Piala Turki dengan mencetak delapan gol dan empat umpan gol dari 38 pertandingan. Musim ini, pemain berusia 27 tahun itu hanya mencetak empat gol dari 16 penampilannya karena lebih banyak berkutat dengan cederanya. Pasang taruhan anda untuk laga-laga di timnas Kamerun di link alternatif W88. 

Sementara itu, karir Olivier Ntcham pun tak jauh berbeda meski performanya lebih konsisten ketimbang Nkoudou. Ia sempat bergabung bersama Manchester City di musim 2015/16. Sayangnya, geladang serang itu tak mendapat kesempatan melakukan debutnya di Liga Premier Inggris. Ia pun dipinjamkan ke Genoa, dimana ia melakukan debut seniornya. Dua musim di Serie A, Ntcham tampil lumayan dengan mencetak tiga gol dan dua umpan gol di 41 laga di seluruh kompetisi. Tak pelak, Celtic pun tertarik merekrutnya. Disinilah ia menikmati suksesnya dengan mencetak 24 gol dan 13 umpan gol di 147 penampilannya. Pemain berusia 26 tahun ini ikut andil memenangkan tiga gelar liga dan dua gelar piala FA Skotlandia bersama Glasgow Celtic. Ia pun sempat pindah ke Marseille dengan status pinjaman di awal musim 2021 namun kehadirannya ternyata tidak diinginkan pelatih OM saat itu, Andre-Villas Boas. Ntcham pun hanya bertahan hingga akhir musim 2020/21 dan memilih hengkang ke klub divisi 1 Liga Inggris, Swansea City. Musim ini, ia berlaga di 38 pertandingan dan mencetak empat gol plus tiga umpan gol. Sayangnya, ia gagal membantu klub yang bermarkas di Wales ini untuk mendapatkan tiket promosi ke Liga Premier Inggris musim depan. 

Kiprah Kamerun di Piala Dunia

Kiprah Kamerun sepanjang sejarah putaran final piala dunia sebenarnya tak jauh berbeda dengan performa umum tim Afrika di ajang ini, kecuali di edisi 1990. Meski berada satu grup dengan juara bertahan Argentina, plus dua tim Eropa Timur, Rumania dan Uni Soviet, Roger Milla dan kolega mampu lolos sebagai juara grup dengan mengalahkan tim Tango 1-0 di laga pembuka dan membungkam Rumania 2-1 meski kemudian dibantai Uni Soviet 0-4 di laga terakhir fase grup. Di babak 16 besar, Roger Milla lagi-lagi menginspirasi kemenangan bagi negaranya. Striker gaek yang pernah bermain di Liga Indonesia ini mencetak dua gol saat membekuk Kolombia dengan skor 2-1 yang masih diperkuat bintang nyentrik Carlos Valderrama dan kiper Rene Higuita. Sayangnya, perjalanan mereka di Italia 1990 terhenti di perempat final saat kalah dari Inggris 2-3 lewat babak perpanjangan. Kemenangan Paul Gascoigne cs sarat dengan keberuntungan mengingat saat itu Kamerun sudah unggul 2-1 menit ke 82 sebelum tim Tiga Singa membalikkan keadaan lewat dua gol penalti sang kapten Gary Lineker.

Sayangnya di enam edisi lainnya, yaitu di Spanyol 1982, AS 1994, Prancis 1998, Jepang-Korsel 2002, Afsel 2010 hingga Brasil 2014, Kamerun melempem dan harus tersungkur di babak penyisihan. Prestasinya sebagai tim pertama Afrika yang mampu melaju hingga perempat final belum bisa diulang hingga saat ini. Mungkin itulah yang menjadi target tim asuhan Rigobert Song di Qatar 2022. Selama bola itu bulat, maka tidak ada yang tidak mungkin dalam sepakbola.