Final yang Terlalu Dini di Piala Dunia

Dalam sejarah penyelenggaraan piala dunia, beberapa laga seru yang pantas digelar di partai puncak, justru harus dimainkan terlalu dini, yaitu di fase grup.

Final yang terlalu dini ini bukan hanya terkadang namun cukup sering terjadi, terutama yang melibatkan para mantan juara, juara bertahan ataupun tim favorit. Di Piala Dunia 2022 pun tidak lepas dari ancaman laga tersebut. Laga kedua grup E antara dua dari tiga kampiun dari tiga edisi terakhir ajang terakbar empat tahunan ini, Spanyol dan Jerman, harus bersua di babak awal tersebut. Yang menarik, ini merupakan kali ketiga mereka berada dalam satu grup setelah di edisi Inggris 1966 dan AS 1994. Berikut ini adalah sepuluh final terlalu dini lainnya yang pernah tercatat di piala dunia. 

JAGO TEBAK SKOR? MAIN DI W88

10.Inggris vs Belanda (Italia 1990)

Tiga Singa memiliki memori kurang menyenangkan saat harus berjumpa Belanda. Keduanya pernah bersua di Piala Eropa 1988, dimana Marco Van Basten cs bablas menjadi jawara. Dengan statusnya sebagai juara Eropa, mereka diprediksi dapat mudah melumat Inggris layaknya dua tahun sebelumnya. Namun laga tersebut berakhir  seri tanpa gol dengan minim peluang emas, kecuali dua gol anak asuhan Bobby Robson yang dianulir. Cek bursa taruhan piala dunia 2022 sebelum memasang taruhan untuk laga-laga Inggris dan Belanda di putaran final nanti di link alternatif W88.

  1. Spanyol vs Portugal (Rusia 2018)

Portugal datang dengan status juara Eropa setelah menjadi kampiun dua tahun sebelumnya. Tak heran jika laga melawan tetangga yang juga merupakan jawara dunia 2010 sangat ditunggu. Dan benar saja, laga ini berlangsung sengit dan banjir gol terjadi dengan skor akhir 3-3. Cristiano Ronaldo mencetak hattrick sementara gol-gol tim Matador lahir dari brace Diego Costa dan Nacho. Benar-benar laga yang menghibur.

  1. Italia vs Inggris (Brasil 2014)

Dua tim mantan juara ini harus apes berada dalam satu grup. Sebagai runner up EURO 2012, Gli Azzurri tahu bagaimana alotnya menyingkirkan Inggris saat keduanya bertemu di ajang tersebut. Partai ini sejatinya berlangsung menarik dimana Italia akhinya masih lebih unggul dengan menang 2-1 lewat gol-gol dari Claudio Marchisio dan Mario Ballotelli. Inggris hanya bisa membalas lewat Daniel Sturridge. Sayangnya, kedua tim justru gagal lolos ke babak berikutnya meski difavoritkan di atas kertas.

  1. Argentina vs Belanda (Jerman 2006)

Tim Tango adalah salah satu unggulan di edisi 2006 dan mereka harus bertemu semifinalis EURO 2004, Belanda yang tampil eksplosif dibawah asuhan Marco Van Basten. Laga ini pun ditunggu-tunggu oleh publik dimana perang bintang Tango dan Oranye bakal tidak terhindarkan. Namun, meski pertandingan berlangsung menarik, tidak ada gol yang tercipta. Kedua tim pun tetap lolos ke babak berikutnya. 

  1. Inggris vs Prancis (Spanyol 1982)

Dua tim benua biru ini memiliki sejarah pertikaian dan persaingan yang panjang. Saat itu, skuad Inggris diisi pemain-pemain bintang bersinar bersama klub-klub Inggris yang merajai Eropa di akhir 1970an dan awal 1980an. Sementara Prancis dipimpin oleh bintang yang mulai bersinar, Michel Platini. Tim Tinga Singa lah yang akhirnya keluar sebagai pemenang di laga sengit tersebut dengan skor 3-1. Dua gol Bryan Robson plus satu gol dari Paul Mariner hanya bisa dibalas sekali oleh Les Blues lewat Gerard Soler. 

  1. Italia vs Uruguay (Brasil 2014)

Laga klasik dua tim yang menjadi kampiun sebelum perang dunia ini jelas menarik ditunggu. Setahun sebelumnya, keduanya bersua di perebutan juara ketiga di piala konfederasi. Partai ini berlangsung seru dan cenderung keras mengingat laga ini menentukan untuk lolos ke babak berikutnya. Insiden aksi gigit Suarez pun mewarnai laga yang akhirnya dimenangkan oleh La Celeste 1-0 berkat gol tandukan dari Diego Godin. Italia pun akhirnya gigit jari dan gagal melaju ke babak perdelapan final. Sementara, Uruguay pun lolos. 

  1. Inggris vs Argentina (Jepang-Korea 2002)

Duel klasik kedua tim akan selalu ditunggu. Apalagi saat itu tim Tango berstatus favorit juara sementara Inggris ingin membalas dendam kekalahan mereka empat tahun sebelumnya di babak 16 besar dimana Alan Shearer cs tumbang lewat adu penalti. Benar saja, laga berlangsung intens sesuai prediksi dan Three Lions benar-benar menuntaskan dendamnya dengan kemenangan tipis 1-0. Yang lebih sempurna, sosok yang menjadi kambing hitam kekalahan di 1998, mencetak gol tunggal tersebut. Ia adalah sang pesohor David Beckham. 

  1. Spanyol vs Belanda (Brasil 2014)

Ini benar-benar laga yang cocok dengan definisi final terlalu dini mengingat partai ini adalah ulangan final empat tahun sebelumnya. Pertandingan ini diprediksi berlangsung panas, seru dan berimbang. Namun yang terjadi La Furia Roja melempem dan dibantai Belanda 1-5 meski sempat unggul dahulu lewat penalti Xabi Alonso. Oranje berpesta lewat gol-gol dari Robin Van Persie dan Arjen Robben (masing-masing 2 gol) plus satu dari Stefan De Vrij. 

  1. Argentina vs Italia (Meksiko 1986)

Ini adalah partai antara juara bertahan dan kampiun di dua edisi sebelumnya. Apesnya keduanya sudah harus bersua di babak penyisihan. Laga berlangsung ketat sesuai prediksi. Gli Azzurri unggul dahulu lewat titik penalti yang diselesaikan dengan baik oleh Alessandro Altobelli. Namun tak lama tim Tango menyamakan kedudukan lewat sang bintang dan kapten tim, Diego Maradona. Laga berakhir seri 1-1 hingga peluit panjang dibunyikan. Keduanya pun berhasil lolos ke babak berikutnya namun Argentina lah yang mampu bablas menjadi juara. 

  1. Brasil vs Inggris (Meksiko 1970)

Laga ini juga mirip Argentina dan Italia di 1986. Uniknya, salah satunya juga menjadi juara di edisi tersebut. Brasil turun dengan Pele, Jairzinho dan Carlos Alberto, Inggris masih diperkuat Bobby Charlton dan Bobby Moore plus Gordon Banks. Laga bertajuk ‘Battle of the giants’ ini berlangsung alot diwarnai dengan penyelamatan gemilang dari kiper Inggris yang dinobatkan sebagai penyelamatan abad ini oleh FIFA di tahun 2000. Namun, hal itu tidak menghentikan tim Samba untuk meraih kemenangan berkat gol tunggal dari Jairzinho.